Friday, January 9, 2009

Cerita dari Langit *THE NOVEL* *Sinopsis&Prologue*

SINOPSIS

CERITA DARI LANGIT

Hidup ini seperti cerita dari atas langit penuh keberagaman benda langit yang mampu membuat dunia ini indah maupun kelam. Seumpama dengan kehidupan Dyon, kisah cintanya berawal dari pertemuan tak terduga dengan Lonndy, kekasihnya yang tampan, urakan dan sinis tetapi diam-diam sangat memperhatikannya juga mencintainya.

Begitu pula cinta Dyon begitu besar terhadap Lonndy sampai tak sadar begitu cepat sayapnya telah patah karena kepolosan hatinya yang mudah terpedaya. Sementara Lonndy yang selalu bersikap cuek dan dingin kelihatan tak mampu bertanggung jawab dan bertahan dari Dyon. Sekejam itukah cinta padahal Dyon telah menyerahkan segalanya hanya untuk Lonndy?

Masalah demi masalah datang tak diundang, ayahnya menikah lagi dengan mama Nia dan adik tiri perempuannya yang sok mengatur. Hingga ia bertemu dengan seorang lelaki yang unik, dan pandai memetik gitar serta mencipta lagu bernama Levid yang mampu membuatnya lebih mengerti arti sebuah keluarga.

Apa yang tidak Lonndy miliki, ada di Levid? Haruskah ia bertahan dengan Lonndy, kekasihnya yang seutuhnya memilikinya dan tentu saja Dyon begitu mencintainya, ataukah Levid, seseorang yang berbeda dari Lonndy dan menawarkan cinta yang terlihat lebih suci dan tulus?

It’s all about love and chemistry.

KARAKTER “CERITA DARI LANGIT”

1. Dyonia Valleta Wijoyo

2. Lonndy Avrino Prasetya

3. Irlevid Yehezia


PROLOGUE

“Aku seperti sesosok bunga matahari yang

mendambakan kenyamanan karna hangatnya

sinar mentari. Apa dari langit ada kisah hangat

menantiku?”

Januari 2007.

Usiaku kini sudah menginjak 17 tahun. Kata orang-orang, umur 17 tahun itu sudah dibilang cukup dewasa, terutama sudah boleh dan bisa membuat KTP. Sesepele itukah? Tentu saja tidak… bagiku pribadi, 17 tahun pasti langkah baru dimana banyak cerita yang membuat pribadiku lebih matang, menantiku di ujung sana. Meskipun saat setiap umurku bertambah, tidak ada hal istimewa terjadi, seperti kata mereka yang memiliki dana untuk sedikit berhura-hura, bagi mereka sedikit tetapi bagiku sedikitnya mereka pasti banyak sekali. Terkadang aku ingin dirayakan seperti itu, paling tidak membuatku merasa menjadi ratu sehari.

Agaknya itu hanya mimpi belaka hingga saat ini. Aku mendambakan sweet seventeen yang berkesan, namun biasa-biasa saja. Datar. Tapi disamping semua impian semu itu, aku bersyukur masih diberi nafas kehidupan untuk melalui hari-hari baru yang telah direncanakan-Nya. Mungkin saja di luar sana… bukan mungkin, melainkan pasti… banyak orang-orang yang menginginkan hidup lebih panjang namun keterbatasan dirinya membuat pasrah atas kehendak Yang Diatas.

Pagi ini sudah cukup banyak SMS masuk, mengucapkan Selamat Ulang Tahun, panjang umur, dan sehat selalu. Aku bahagia teman-temanku masih memberikan perhatian kepadaku.

Termasuk dari pacarku, Roy, yah walau aku dan dia belum pernah bertemu. Seperti cerita cinta virtual lainnya, banyak orang lain yang mengalami kisah romantisme dunia SMS seperti aku.

From: Roy

Dyon… happy bday ya.. moga2 tambah cantik&mkin syg sm ak

Aku menghela napas panjang. Kegombalan cinta dunia SMS semakin merajalela. Aku telah banyak belajar dari SMS tentang kegombalan. Memang cowok saja yang bisa gombal. Jelas aku lebih hebat masalah gombal menggombal.

To: Roy

Trima ksi syg, aku akn slu syg km mski dunia tak lg brsuara.

Norak ah. Sebenernya aku eneg juga setelah membaca lagi sent item di HPku. Teramat sangat gombal. Pasti ketahuan kalau aku cuma omdo alias omong doang. Soalnya aku tahu, sebentar lagi hubungan aku dan Roy akan usai. Kelihatan renggangnya. Terutama kami tak pernah sekalipun bertatapan mata. Cinta itu dari mata turun ke hati. Karena bukan dari mata, jadi tak sampai turun ke hati.

Beberapa SMS lagi datang dari sahabatku, Rika, dan beberapa teman SMA, teman-teman SMP, ada juga teman SD… sayangnya tak pernah ada kabar dari teman TK.

Inilah duniaku. Masih terdengar biasa. Ada datar, lengkung, gelombang. Firasatku mencuat, pastilah kehidupanku yang tadinya polos ini akan menjadi berwarna, seperti pelangi… kadang bisa juga kelam seperti langit malam tanpa bintang dan bulan.

Aku keluar dari kamar dan duduk-duduk di teras rumah sederhana. Awalnya langit begitu cerah, namun mengendap-endap muncul awan kelabu, dan hujan ringan pun mulai menghujani pohon cherry yang tumbuh subur di halaman kecil rumahku; atap rumahku… dan mungkin seluruh Jakarta.

Sekilas aroma hujan menggelitik hidungku.

Beberapa menit kemudian hujannya berangsur-angsur mereda.

Ah, mungkin saja ada yang tiada. Pikirku.

***

The other side prologue.

Apa yang terjadi pada dirinya? Orang yang kucintai dari tadi tertidur lelap kini tak dapat kulihat lagi sosoknya… senyumnya… apalagi tangisnya. Ia sudah berbahagia disana. Ia sudah tertidur untuk selamanya. Tertinggal diriku yang basah kuyup karena hujan barusan… basah kuyup sebab tangis dalam hati tak kunjung berhenti.

Kisah cinta telah kujalani bersama Claudia selama hampir 4 tahun kini kandas dimakan waktu dan penyakitnya. Aku baru tahu kalau umurnya telah dibatasi oleh kanker ganas yang menggerogoti tubuhnya saat aku mellihat darah segar tumpah dari mulutnya. Makan malam yang seharusnya romantis malah tragis bersimbah darah. Waktu itu ia malah tersenyum dan berkata bahwa dirinya baik-baik saja. Senyumnya itu malah menjadi duri dan menusuk jantung hatiku sambil pertanyaan “Kenapa?” terlontarkan dalam hati.

Aku langsung menghantarnya ke rumah sakit dan menghubungi ibunya. Kenyataan bahwa umurnya tidak akan lama lagi membuatku tandas dan tak bisa berbuat apa-apa kecuali menemaninya di sisa waktu hidupnya.

Ternyata benar-benar singkat semenjak aku tahu penyakit kronis yang dideritanya. Padahal sebelum aku tahu kenyataan pahit ini, aku dan Claudia telah merencanakan liburan ke Pulau Seribu untuk merayakan ulang tahunku, ulang tahun dia dan anniversary 4 tahun kami jadian yang selangnya hanya 1 hari.

Rencana tinggal rencana… sekarang hanya tangisan pilu yang tertinggal serta kenangan tentang Claudia… awan yang pernah meneduhkan hatiku namun kini telah pergi dihembus angin waktu.

Satu hal yang takkan pernah aku lupakan adalah kata-kata terakhirnya…

‘Jadilah orang baik dan temukan seseorang baru yang menyayangi kamu lebih dari aku.’

“Uh…” gumamku karena kepalaku tiba-tiba sakit. Pasti disebabkan minuman keras yang kuhabiskan berbotol-botol dan 36 batang rokok yang kuhisap dalam waktu 2 jam tanpa henti, ditambah lagi sudah 3 hari tidak tidur dan kini harus bertahan di bawah langit luas setelah hujan yang mengguyur tanah pemakaman ini.

Aku tak dapat menahan beban tubuhku ini dan jatuh berlutut di depan makan Claudia. Tangisku pecah lagi karena belum bisa menerima semua kenyataan pahit ini.

Dari tadi keluarga, kerabat dan teman dekatnya telah bubar.

Tinggal aku… makam Claudia… pemakaman lainnya… langit biru yang terlihat begitu kelam di mataku.

Dan juga Renaldi, sahabatku yang bersedia menunggu sambil merokok di ujung sana sampai aku dapat menenangkan hatiku.

Hingga Renaldi menghampiriku.

“Lev… udah 3 jam lo sendirian disini. Jangan nyakitin diri lo sendiri lagi, gue nggak bisa ninggalin lo sendirian disini.”

“Thanks.”

Dia memang sahabat terbaik.

Aku pun berdiri dan berpikir rasional.

Aku tidak siap untuk menyusul Claudia.

Masih banyak yang harus aku lakukan di hidupku.

***

No comments:

Post a Comment

thank you for your comments.. Leave your blog :) I will visit back :D